• Beranda
  • Cariyos
  • Catatan
    • #Rantau101
    • Keluh Kesah
    • Anabul
  • Jejak
  • Langkah Kecil
watty twitter instagram pinterest facebook

a side of unseen life

ruang bertemu makna, lewat untaian kata

babies. 
Masih dalam episode menjadi babu magang yang berusaha memahami kucing secara otodidak. Kali ini aku mau berbagi guide-line dasar ala newbie dalam hal memelihara kucing –terutama stray cat yang di-rescue.
Sebagai peringatan, semuanya berdasar pada pengalaman pribadi dan pengetahuan dari para babu di autobase koceng, jadi kalau ada yang keliru atau perlu ditambahi please colek aku di kolom komentar, okew? 
Mari kita mulai:
Catatan penting, memelihara kucing itu bukan soal tingkah lucunya aja!
Ya, hewan berbulu satu ini memang lucu, sih. Bulu-bulunya bikin gemoy, apalagi kalau masih kitten. Aktif banget, bun. Namun, pelihara kucing bukan soal hepi-hepinya aja, loh! Masih ada kebiasaan-kebiasaan kucing yang ajaib bukan main dan sebagai babu kudu siap sedia:’)
Nah, kukira satu bulan pertama jadi babu kucing dari kitten dan indukan itu sudah paling rusuh, ternyata selanjutnya lebih parah. Potty training, drama menyapih, dilema udah boleh makan dryfood atau belum, parahnya kalau mulai muncul kondisi kesehatan yang enggak baik. Asli, ini mah namanya uji sabar dan telaten. 
Pelihara kucing bakal menguras waktu, tenaga, dan juga biaya. Membentuk kebiasaan harus telaten ngenalin pelan-pelan ke si kucing. Yang enggak kalah penting, asupan tiap hari harus terjamin, plus perintilan-perintilan lain yang makin hari makin warna-warni.
Kiddos~
Well then, kalau sudah komitmen bakal merawat sepenuh hati, mari kita menemukan pujaan hati anabul. Please, pertimbangkan rescue atau adopsi dibanding membeli, ya! Kenali si anabul secara umum, lalu kamu perlu: 

1. Siapkan keperluan dasar 

Makanan jadi hal paling penting sebagai kebutuhan hidup si kucing. Kamu bisa pakai dryfood yang banyak dijual di petshop. Sebagai awalan, pilih makanan yang sesuai dengan perkiraan usia atau saran dari pemilik sebelumnya, serta kondisi kantong 😽.
Selain makanan, perhatikan juga minuman buat si anabul. Terutama jika si kucing masih kecil dan tidak ada induk. Kamu perlu menyediakan susu khusus kucing. Hindari memberikan susu untuk manusia, ya!
Nah, keperluan mendasar lain yang mendesak adalah seperangkat alat buang hajat bagi si anabul, termasuk di dalamnya litter box, pasir, serok. Apalagi kalau nantinya kucing full indoor. 

2. Luangkan Waktu untuk PDKT

Sama seperti halnya menghadapi gebetan, ke anabul pun perlu pendekatan, apalagi rescue. Kenali dulu kucing yang hendak kamu tembak termasuk stray cat atau feral cat. 
Beri makanan dan coba elus perlahan bagian tengkuk si meng. Hati-hati, antisipasi gerak refleks mencakar dari si kucing. Lakukan kontak terus menerus sampai doi merasa akrab denganmu. Ajak si kucing main-main setiap hari. Ini berguna loh buat bonding antara babu dan majikan. 

3. Research

Fyi, dunia perkucingan ini amatlah ajaib. Perlu banyak ilmu agar bisa mengerti anabul luar dalam hingga membuat majikan sejahtera. Maka dari itu, penting banget buat do own research lalu divalidasi dengan bertanya pada ahlinya.
Hindari banget coba-coba based on Google, terutama untuk hal-hal menyangkut kesehatan si anabul. Ikut komunitas pecinta hewan bakal bantu kamu dapat informasi lebih banyak. 

4. Check-up kondisi Anabul

Yap, yap. Bawa pet ke dokter hewan itu fardhu ‘ain alias wajib!
Waktu pertama kali rescue Smuti aku skip bagian ini, kukira doi baik-baik saja, ternyata enggak, dong! Akhirnya ketahuan waktu dibawa ke vet dia punya diare yang cukup mengkhawatirkan. 
Nah, setelah commit memelihara, ada baiknya membawa peliharaan tersayang ke layanan kesehatan untuk check-up. Penting banget, karena mungkin saja terdapat penyakit yang membahayakan si kucing atau bisa menular ke manusia.

5. Steril or not Steril

Mungkin bagi sebagian orang, perkara steril peliharaan masih menjadi perdebatan sengit. Well, enggak heran, sih. (Apasih steril kucing?)
 Namun, menurutku ini menjadi concern utama ketika hendak mulai memelihara kucing. Karena berkaitan dengan sanggup tidaknya memelihara kalau saja nanti anak berbulu hamil —atau menghamili kucing lain. 
Ya, kalau kuat merawat sendiri anak-anaknya, alhamdulillah. Kalau enggak, mungkin bisa juga open adoption dengan 1001 persyaratan bagi adopter agar kehidupan anabul tetap terjamin –tapi susah enggak, sih, nyarinya? 
Beauty Smoothy
Based on Smuti, di minggu awal perkenalan, kucing stray mungkin masih ogah disentuh, ogah main, dan ogah-ogahanlah pokoknya sama si Babu kaya ‘yee, siapa sih, lu?’ gitu. Sabar, ya! Setelah lewat hitungan bulan, doi bakal melunak –apalagi kalau terus dimanja, hehe.
Kalau ingin si anabul betah di rumah, coba beberapa hari awal tahan untuk enggak keluar-keluar. Ribut? Beuh jangan ditanya ngeong-ngeong mulu pasti, terlebih kucing stray sudah terbiasa berkelana ke sana-sini. Yang penting, tetap luangkan waktu untuk main. Kucing enggak suka dikurung dalam keheningan.
Di ceritaku, entah sudah terbiasa atau memang enak jadi anak rumahan –atau doi capek diomeli babunya? Smuti sekarang sudah jauh lebih jarang menghilang tiba-tiba. Anteng aja sambil mantengin anaknya main-main. Ah, jadi senang mbak babu enggak takut Smuti disikat pejantan garang. Heuheuh. 
Yak, begitulah celoteh babu magang jalan dua bulan. Semoga manfaat, ya!
Buat yang belum bisa rescue, kamu tetap bisa tunjukkan kasih sayang ke kucing, kok. Caranya? Mulai dengan sesederhana tidak melukai kucing jalanan, either secara fisik atau mentalnya. Bisa juga dengan membawa pakan kucing untuk street feeding, memberikan donasi bagi anabul yang membutuhkan, atau ikut organisasi non-profit yang bantu melindungi dan menyejahterakan hewan-hewan tanpa pawrents.
Siapa tahu, kan, kebaikan pada hewan-hewan lusyu ini mendatangkan rezeki lain buat kamu. Salam dari babu magang~
Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
Panggil doi Smuti~
Pas balik Jogja awal bulan November 2020, ada satu kucing belang telon alias kaliko yang tiba-tiba aja main serobot masuk rumah rantau. Bahkan pas pintu sudah ditutup dia lompat lewat jendela, padahal makanannya ada di teras. Heran dong, kucing siapa, nih? Mana terhitung bersih dan bulunya halus buat kucing liar. Takutnya punya orang gitu, ntar dikira nyulik.
Sudah niat rescue jadi kucing rumah sampai beli sampo khusus kucing segala, eh, si Mamake melotot penuh ancaman uang saku enggak turun. Akhirnya yaa tetap cuma kasih makan sebisanya, dikasih izin masuk rumah, tapi tiap malam harus out. 
Sampai awal Desember ketahuan kalau si belang telon hamil!
Nah loh, anak siapa?
Enggak-enggak, bukan itu persoalannya. Kucing kalau sudah rutin dikasih makan, pasti datang terus, kan? Apalagi posisi hamil. Dia sudah tahu ada tempat yang menyediakan makanan, plus aman nyaman buat melahirkan dan menyusui si anak nanti. Antara siap-nggak siap, nih, soalnya belum pernah pelihara hewan, mana tiba-tiba langsung lebih dari satu. Bikin dilema. 
But then, i decided to help with provide for some birthing needs. Pikirku kasihan kalau si Belang Telon harus cari tempat lagi sedangkan perutnya sudah besar sekali! –got me started wondering how many babies were in her tummy~ 
Sampai tanggal 11 Januari 2021 (tanggal cantik bet kek lagu GIGI). Sekitar jam lima sore, si Belang Telon yang masih tanpa nama mulai gluset-gluset di kaki, terus pindah ke sajadah, pindah lagi ke keset kamar mandi. Waduh, apakah ini pertanda? Aku coba arahin ke tenda-tendaan mungil kandang buat dia main sedari awal.
Beneran, kan, doi lahiran.
Enggak catat jam detailnya, sekitar setengah sepuluh malam dengar suara ngeong-ngeong bayi kucing, masih lirih banget. Cuma berani ngintip, si Belang Telon juga tampak tidak ramah untuk dibantu. Ya sudah, sementara biar mereka kentjan sebagai anak dan emak.
Besok paginya (12/01), tampak empat bayi mungil lagi cuddle satu sama lain. Warnanya oren, oren putih, semi abu, dan hitam. Emaknya juga udah enggak overprotektif, sudah bisa jalan-jalan malak babunya minta makan. Wait, sejak kapan resmi jadi babu?
atas: Brunet, dari kiri: Rajja, Tacos, Dot kurang dari 24 jam
Dua hari pertama, masih aman. Paling kaget liat porsi makan-minum si Belang Telon jadi luarrr biasa. Faktor menyusui mungkin, ya? Empat anak, loh!
Drama dimulai ketika malam hari ke tiga. Tiba-tiba (atau aku yang enggak notice dari awal), anak warna abu-nya enggak dikasih susu sama Belang Telon. 
Panik!
Mana katanya bayi kucing enggak boleh dipegang, kan? Nanti ibunya ogah nenenin karena sudah bau manusia. Bingung dong. Tanya sana-sini ke teman-teman yang paham betul soal kucing. Akhirnya dapat saran buat kasih bayinya susu, tapi karena sudah malam dan toko pasti pada udah tutup, jadi terpaksa tunggu sampai besok. Sementara cuma bisa coba uyel-uyelin si bayi ke induknya. Sampai jam 1 pagi, induknya kaya enggak ada masalah, dia masih mau-mau aja menjilat si bayi. Kupikir, okelah sudah aman. 
Hari keempat. 09.00 pagi. I found out that the baby already stiff, di pojokkan dan mulai dikerubung semut. Sama sekali enggak terlihat emaknya, jauh dari saudara-saudaranya lagi nggeruntel di pojok yang lain. Nangeeeessssssssss! 
Kok cepet banget, sih? Aku belum sempat coba beli susu, loh T.T 
Sedih. Sambil kuburin, cuma bisa minta maaf belum bisa jadi nenek yang baik. Selamat jalan, Brunet:'(

Later on: The Three Musketeer.

Geng komplek
Masuk minggu kedua, si Belang Telon mulai cari-cari tempat baru buat para bayi. Dari tenda mungil, pindah ke kardus kulkas. Di minggu kedua bayi-bayi sudah mulai melek, ngeong-ngeong lebih keras cari mamanya, mereka juga punya nama: Tacos, Rajja, dan Dot. 
Setelah tragedi Brunet, aku jadi lebih protektif sama si bayi-bayi. Tiap hari kupantengin, takut Belang Telon enggak kasih susu lagi atau ternyata malah bayinya yang enggak mau nyusu. Alhamdulillahnya aman, lalu ibunya kuberi nama: Smuti.
Kukira kebiasaan pindah tempat tinggal cuma sekali, eh ternyata pas masuk minggu ke tiga, Smuti masih aja pindah ke kardus lain, mana sebelumnya di luar rumah, minta masuk ke dalam. Begonya aku, kardusnya balik aku taruh garasi, padahal sering angin kencang terus hujan. Mohon dimaafkan ini babu newbie kentang.
Mungkin ini teguran gegara pindahin bayik keluar rumah di tengah cuaca enggak nentu. Akhir minggu ketiga mata Rajja ada item-itemnya. Sejenis kotoran bikin dia susah melek, bahkan enggak bisa melek sebelah. Waduh, apalagi ini?! Tanya sana-sini, sampai konsul ke dokter hewan via aplikasi. Ternyata dia belekan parah yang kemungkinan infeksi, jadi harus dibersihkan dua kali sehari plus dikasih obat tetes mata.
Semenjak itu, semua bayi beserta emaknya masuk rumah. Takut belum kuat fisiknya sudah harus dihantam hujan angin nyaris tiap hari. Mungkin suhu ruangan juga berpengaruh, ya? Dari sebelumnya cuma minum susu terus tidur, dibawa masuk si bayi-bayi mulai lincah tonjok-tonjokan satu sama lain. How cute!
11 Februari 2021, si mungil-mungil pas berusia sebulan. Sudah bisa jalan keliling kandang, bahkan hometour, dan enggak mau tidur di kardus. Sudah bisa coba-coba minum air dari tempat minum emaknya, meski seringnya masih keselek karena kesedot pakai hidung. Bahkan sudah bisa makan wetfood disuapi pakai jari. 
The real challenges comes true. Sudah bisa minum, sudah bisa makan, berarti sudah bisa pipip dan pupup. Waktunya untuk potty training! Dengan ilmu NOL putul kaya aku, ini susah, serius! Si Dot sama Tacos contohnya, waktu dikenalin ke litter sand bukannya pipis malah dijilat, dimakan sampai bunyi ‘krauk-krauk’. Apa tidak bikin parno, Pemirsa? 
Cerita belajar makan, minum, dan pipip-pupup di litter box ini masih berlanjut, doakan semoga Dot, Tacos, dan Rajja sehat dan bisa istikamah buang air di tempat seharusnya, ya!
Terima kasih buat teman-teman sefrekuensi soal kucing, yang pada mau direpotin nyaris tengah malam waktu aku panik Brunet kenapa-napa. Juga para babu atau pawrents yang sharing banyak hal di autobase Twitter khusus dunia perkocengan. Babu newbie ini jadi bisa banyak dapat ilmu baru. Sehat dan sejahtera selalu babu dan majikan di manapun kalian berada:))))
Share
Tweet
Pin
Share
6 komentar

Pantai Kasap Pacitan
Pantai Kasap dari Tepi Tebing
“Met, depan belok kanan, ya!” ucapku sedikit keras, diadu bunyi knalpot dari beragam kendaraan yang lalu lalang. Tepat di perempatan besar, Bamet melajukan motor sesuai arahan. Sedikit hening, mungkin aku dan Bamet sama-sama mulai lelah. Sudah dua jam perjalanan, tetapi sepertinya tujuan masih sangat jauh dari depan mata. Mana sinyal mulai datang pergi sesuka hati. 
Satu jam kemudian, sinyal peta digital benar-benar hilang saat kami dihadapkan pada pertigaan jalan. Tanpa petunjuk, hanya ada derik hewan bersahutan kencang di antara bukit-bukit hijau yang menjulang sepanjang mata memandang. Waduh!
“GPS masih nyala?”
“Masih, tapi nggak gerak-gerak.” keluhku. 
Bamet menepikan kendaraan, mengambil alih ponsel yang sedari tadi menjadi penunjuk jalan. 
Kali ini benar bukan aku yang tidak pandai membaca arah. Sebab semenit berlalu, Bamet masih berkutat dengan peta tanpa ada tanda baik. Akhirnya Ia memutuskan mengambil jalur kiri. Toh, pilihannya hanya dua: kalo nggak nyasar, ya nyampe. Beruntung kami berpapasan dengan seorang warga yang berbaik hati menjelaskan bahwa kami harus putar balik, mengambil jalan satunya. 
Tidak lama setelah kejadian maps mati, kami tiba di loket karcis Watu Karung yang menjadi pintu masuk kawasan Pantai Kasap. Setelah membayar lima ribu rupiah per orang, aku, Bamet, dan tentu saja si Motor Merah disilakan masuk, melewati jalur beraspal yang cukup kecil jika dilalui mobil. 
Terlalu bersemangat segera bertemu laut, lagi-lagi kami salah melewati pertigaan, justru menuju gerbang keluar kawasan wisata. 
“Pertigaan tadi, itu, Mas, ambil kanan.” ucap penjaga gerbang mengarahkan kami menuju jalan sama kecil seperti sebelumnya. Menyusuri tepian Sungai Cokel berhiaskan pohon rindang melambai, ditambah deretan kapal nelayan yang sedang bersandar. Seketika udara sejuk berhembus menggantikan penat di kepala yang sedari tadi pusing menahan beban helm. 
Sungai Cokel Pacitan
Muara Sungai Cokel  
Toilet dan Cerita Pemilik Homestay 
Setelah empat jam perjalanan membuat boyok berteriak, tempat yang ingin kami serbu tentu saja toilet. Namun sedih, berderet toilet di dekat lokasi parkir terlihat terkunci. Perlu 300 meter hingga bertemu fasilitas buang hajat lengkap dengan toko buah tangan yang buka. Seorang ibu paruh baya menyapa sambil tersenyum ramah. 
“Mari mbak istirahat dulu. Dari mana?” 
Tak perlu menunggu lama, banyak cerita mengalir dari obrolan antara aku, Bamet, dan ibu yang ternyata pemilik homestay di samping warung tempat kami nongkrong. Tentang turis-turis lokal yang kebanyakan dari Jogja-Solo, tentang bagaimana warga lokal bergotong-royong membangun-menjaga kawasan Pantai Kasap, hingga pandemi yang berdampak sepinya pengunjung wisata.
“Di sini ketat, Mbak. Kemarin ada tamu mau menginap, tapi dari tempat asal udah ndak enak badan. Nggak dibolehin sama Bapak. Karena Bapak juga ketua Pokdarwis, jadi disuruh balik.” kata beliau miris, “Saya ya butuh duit, tapi kalau sakit begitu kan bahaya juga. Mending nggak dapat duit daripada-daripada.”
Aku dan Bamet yang mendengarkan mengangguk serempak sembari merapatkan masker, sadar diri masih suka lengah tentang covid.
Pantai Kasap Pacitan
Pantai Kasap Pacitan
Terik matahari siang masih menyengat saat aku dan Bamet bergeser ke warung makan di tepi tebing tinggi yang menghadap ke laut lepas. Segelas es lemon tea bersanding kentang goreng menjadi teman bengong sembari menunggu langit meredup untuk berenang. Sedangkan Bamet masih asyik mengupas kacang rebus pemberian Ibu Pemilik Homestay.
“Met, ayo main cari pasangan kulit kacang yang udah dibuka ini.”
“Dih, gabut amat.”
Dua menit kemudian, Bamet justru lebih sibuk mencari dan menyatukan kembali pasangan kulit kacang yang sudah tercerai berai. Kami berlomba banyak-banyakan membuat kulit kacang rujuk. Tentu saja, dia menang, aku terlalu gengsi mengakui dia bisa lebih cepat dari aku yang memberikan tantangan. Nggak penting emang, tapi dia mau aja :') 

Pasir Putih, Karang, Debur Ombak Pantai Pribadi 

Tepi Pantai Kasap
Kecil sekali manusia.
Di sudut timur pantai, langit sumringah cerah mendadak berubah sendu saat Bamet sudah siap mencemplungkan diri ke pantai. Gelombang yang tinggi semakin lengkap dengan hembus angin kuat. Agaknya kami bisa melihat hujan telah turun deras di tengah laut sana. Sedih. 
Bamet pun mengurungkan niat basah-basahan. Berdua memilih menikmati debur ombak dari tepian, menjejak membenamkan kaki-kaki telanjang di butiran pasir pantai, sembari merekam satu persatu memori melalui lensa kamera. 
Hening. Tidak ada obrolan di antara kami. Sibuk menikmati gulungan air yang silih berganti, berbuih, dan menyejukkan pikiran. Sesekali berdansa menghadap lautan, berlarian melempar keluh kesah agar hilang tenggelam di tengah samudera sana. Menenangkan sekali. 
Mungkin karena bukan akhir pekan, ditambah pembatasan sosial yang berlangsung di beberapa kabupaten membuat tak banyak pengunjung yang datang hari ini. Kebun di pinggir pantai pun tampak kosong ditinggal petani kembali ke rumah masing-masing. Hanya ada aku dan Bamet bermain bersama ombak serta sepasang kekasih yang mulai mendirikan tenda di sebelah yang lain.
Sore yang menyenangkan. Sebelum (lagi-lagi) kami harus berlarian meneduh sebab hujan turun deras tanpa ampun.
***
Bonus foto Sungai Cokel pas enggak turun hujan~
Sungai Cokel Pacitan
Sungai Cokel
Ps. ada wisata susur sungai di kali yang cakeup ini, lain kali harus nyoba! ((kemarin enggak coba karena harus segera pulang T.T)) 

Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
Dari dulu, film Disney memang selalu berhasil bikin jaw drops alias melongo. Yoi, animasinya cakeup plus ceritanya berhasil bawa imajinasi ke dunia lain, jadi princess lah, renang menjelajah laut, sampai cosplay monster pun bisa. Nah, Desember lalu Disney kembali rilis film berjudul Soul, tapi bukannya dibawa jauh kaya film lainnya, tontonan ini seolah ngajakin kembali ke kehidupan nyata. Eh, gimana?
Warning! This post contains lots of spoilers. 


Menceritakan Joe Gardner yang mencintai Jazz dan berambisi menjadi pemain musik terkenal. Namun kenyataannya, ia hanyalah seorang guru musik dengan kehidupan b aja. Suatu hari, ia mendapat kesempatan mencoba bermain bersama klub jazz milik Dorothea Williams –i bet she is a famous tho. Saking senangnya, Joe malah kecelakaan kemudian membawa jiwanya ke Great Beyond alias alam baka. 
Dia berusaha kabur. Usahanya ini membuat Joe nyasar ke alam sebelum penciptaan, lalu bertemu si 22 yang menolak meninggalkan Great Before. Joe bertugas sebagai mentor bagi 22 untuk menemukan sparks agar ia mendapatkan ‘stiker’ yang artinya siap bakal kehidupan di bumi. Apakah mudah? Tentu tidak pemirsa. Si Twenty-Two ini sudah pernah dimentori arwah orang-orang terkenal, dari Mother Theressa, Muhammad Ali, hingga Copernicus, tapi tetap saja enggak mempan. 
Keseluruhan film setelahnya merupakan perjalanan Joe Gardner bersama 22 bersekongkol  menemukan sparks. Namun, hal tidak diduga kembali terjadi, Twenty-Two justru masuk ke tubuh Joe, sedangkan jiwa Joe nyasar ke kucing. Di bumi, mereka berusaha mencari Moonwind si petapa agar mengembalikan jiwa Joe ke tubuh seharusnya. Selama itu pula, 22 merasakan bumi secara nyata, ia bisa mencium harum piza, berjalan menggunakan kaki, bahkan merasakan hembus angin hingga daun jatuh ke telapak tangan, hal yang tidak ia dapatkan selama di You Seminar. Joe –dengan jiwa 22, juga berhasil menjelaskan impian tentang jazz pada ibunya yang selama ini menentang keinginannya. 
Baru saja menyukai bumi, 22 dan Joe dijemput paksa oleh Terry –sebut saja ia malaikat penghitung nyawa orang mati. Terry menemukan kejanggalan bahwa Joe harus kembali ke alam baka. Herannya, 22 berhasil menemukan sparks sehingga ia berhak atas stiker kehidupan. Joe yang keberatan kembali ke Great Beyond berkata bahwa 22 mendapatkan stiker karena berada di tubuhnya, 22 tidak mempunyai tujuan, ia hanya menumpang sparks Joe yakni piano. Twenty-Two menyerahkan stiker kehidupannya lalu berubah menjadi lost-soul –jiwa yang terobsesi pada sesuatu, sedangkan Joe kembali ke bumi.
Lantas, apakah Joe berhasil melakukan konsernya, bagaimana nasib poor Twenty-Two?
Better you stream on Disney+ Hotstar (wink). 
whatsondisneyplus.com

Walaupun nontonnya agak telat, film ini beneran nampol aku banget. Menyadarkan diri sendiri dengan kesimpulan-kesimpulan sederhana. Kalau hidup itu harus dirayakan! Caranya? 
1. You can make the dreams comes true, but still, calm down
Joe Gardner merupakan pekerja keras. Ya. Ia mencoba apapun demi menjadi pemain jazz. Meski sering mendapat penolakan, ibunya nggak mendukung, bahkan ia memaksa untuk kembali dari akhirat demi bisa bermain musik yang ia inginkan. So, i guess we learned a lot about chasing dreams from Joe.
Akan tetapi, ia jadi serba terburu-buru. Membuat diri lupa menikmati momen yang ada, menghayati segala proses yang perlu ditempuh dan ditempa saat mewujudkan apa yang ia mau. Yang baru Joe sadari ketika dirinya harus kembali ke alam kematian. Agak telat, kan? 
2. Small things matters
Hidup terasa monoton, bangun-mandi-kerja-makan-tidur, udah begitu doang. Padahal sehari-hari selama hidup, aslinya lebih dari itu, loh! Saking seringnya mengulang hal yang sama, kita jadi lupa gimana rasanya ‘pertama kali’. 
Maybe we should try like Twenty-Two, ketika ia bisa menikmati sensasi mencium bau, menggerakkan kaki untuk berjalan, atau sesederhana merasakan hembus angin. Ia merasa bersemangat! Hal-hal biasa yang sering kali terlewati begitu aja, bisa sangat bermakna dan mampu mengubah persepsi dari yang enggak mau turun ke bumi, jadi enggak pengen ninggalin bumi. 
3. Hati-hati dengan kata-kata
“You being selfish, no one would ever wants to be around you! “Looser, you’re not good enough! “Walk is not a purposes you idiot! Its just a regular living! This is wasted time! You have no purpose!” kata para mentor pada 22. 
Bikin down banget, kan? Emang paling bener hindari ngucapin kata-kata negatif gini, entah ditujukan pada orang lain atau diri sendiri. Lebih hati-hati mengolah kata, ingat: pilih berucap baik atau diam. Kita emang nggak bisa mengontrol orang lain, tapi seenggaknya kita bisa mengondisikan diri sendiri biar nggak jadi sama menyebalkan kaya Paul. 
4. Mendengar lebih, peduli lebih
Selama ini Joe berpikir Dez memang terlahir menjadi tukang cukur, sebagaimana ia terlahir untuk memainkan jazz. Setelah mau mendengar, Joe dibuat terperangah karena cita-cita Dez sebenarnya adalah jadi dokter hewan.
Cerita Dez dan Joe seolah ngasih tahu lagi kalau diri ini bukan poros dunia berputar. Masih banyak hal yang belum diketahui, jadi masih banyak cerita yang harus didengar dengan penuh perhatian. 
I heard this story about a fish. He swims up to an older fish and says: “I’m trying to find this thing they call the ocean.” “The ocean?” the older fish says, “that’s what you’re in right now.” “This”, says the young fish, “this is water. What I want is the ocean!” –Dorothea Williams, Soul.
5. It's OK to ask for help
Kaya jiwa yang digambarin di film Soul, manusia kadang terlalu asik sama hal yang disukai, atau saking bingungnya ambil keputusan terus nggak mau nanya ke orang yang tepat, akhirnya nyasar ke unknown place. Malah jadi lost-soul deh. Ada hal-hal yang memang harus diselesaikan sendiri, tapi banyak juga yang perlu minta bantuan orang lain.  Nggak papa, namanya juga makhluk sosial.  


About 22.
Since this post isn’t a review so, let me share what i think about this character. 
Ketika nonton film ini, entah kenapa aku membayangkan Twenty Two sebagai representasi manusia di usia yang sama. Berada di ambang antara ingin tetap dalam zona nyaman, tetapi dituntut segera menghadapi hidup. Banyak usaha dilakukan demi memunculkan sparks yang tentu saja sering kali gagal, bahkan meski sudah bertemu outstanding mentor yang mengajarkan serta memberi motivasi. Sampai akhirnya, 22 sendiri yang harus berani mencoba. And, she did! Ia berhasil menemukan sparks-nya setelah keluar dari dunia imajinatif You Seminar dengan merasakan dan menikmati hidup di bumi. 
As 22, mungkin ke depannya hanya perlu nekat mencoba keluar dari angan-angan. Sehebat apa pun mentor yang ngajarin, kasih motivasi sampai mulut berbusa, ujung-ujungnya tetap diri sendiri yang harus berani eksekusi. Dikit-dikit, pelan-pelan, kalo capek istirahat. Yok, bisa, yok!
Share
Tweet
Pin
Share
8 komentar
Older Posts

Kenalan, yuk!

Kenalan, Yuk!

an earth-based storyteller who loves to write randomly.

kenal lebih jauh

Catch me on:

  • twitter
  • instagram
  • pinterest

Kategori

#Mahasiswa101 #Study101 cariyos catatan Jejak Rekomendasi Sambat tips

Space Ads

soon

Last Update!

Babu 101: Yang Perlu Kamu Siapkan Saat Hendak Pelihara Kucing

babies.  Masih dalam episode menjadi babu magang yang berusaha memahami kucing secara otodidak. Kali ini aku mau berbagi guide-line dasar a...

Blog Archive

  • ▼  2021 (5)
    • ▼  Maret (1)
      • Babu 101: Yang Perlu Kamu Siapkan Saat Hendak Peli...
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (7)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)

Unggahan Populer

  • Babu 101: Yang Perlu Kamu Siapkan Saat Hendak Pelihara Kucing
  • gembeng.
  • Kulit Kacang Pantai Kasap Pacitan
Diberdayakan oleh Blogger.

Yuk, jadi sahabat pena!

Nama

Email *

Pesan *

Relations~

Bagian dari:

Blogger Perempuan
”blogger
1minggu1cerita

Laporkan Penyalahgunaan

“We write to taste life twice, in the moment and in retrospect.”

― Anais Nin

jeneruri.com copyright contents © 2021 | theme created by ThemeXpose