Masih dalam episode menjadi babu magang yang berusaha memahami kucing secara otodidak. Kali ini aku mau berbagi guide-line dasar ala newbie dalam hal memelihara kucing –terutama stray cat yang di-rescue.
Sebagai peringatan, semuanya berdasar pada pengalaman pribadi dan pengetahuan dari para babu di autobase koceng, jadi kalau ada yang keliru atau perlu ditambahi please colek aku di kolom komentar, okew?
Mari kita mulai:
Catatan penting, memelihara kucing itu bukan soal tingkah lucunya aja!
Ya, hewan berbulu satu ini memang lucu, sih. Bulu-bulunya bikin gemoy, apalagi kalau masih kitten. Aktif banget, bun. Namun, pelihara kucing bukan soal hepi-hepinya aja, loh! Masih ada kebiasaan-kebiasaan kucing yang ajaib bukan main dan sebagai babu kudu siap sedia:’)
Nah, kukira satu bulan pertama jadi babu kucing dari kitten dan indukan itu sudah paling rusuh, ternyata selanjutnya lebih parah. Potty training, drama menyapih, dilema udah boleh makan dryfood atau belum, parahnya kalau mulai muncul kondisi kesehatan yang enggak baik. Asli, ini mah namanya uji sabar dan telaten.
Pelihara kucing bakal menguras waktu, tenaga, dan juga biaya. Membentuk kebiasaan harus telaten ngenalin pelan-pelan ke si kucing. Yang enggak kalah penting, asupan tiap hari harus terjamin, plus perintilan-perintilan lain yang makin hari makin warna-warni.
Well then, kalau sudah komitmen bakal merawat sepenuh hati, mari kita menemukan pujaan hati anabul. Please, pertimbangkan rescue atau adopsi dibanding membeli, ya! Kenali si anabul secara umum, lalu kamu perlu:
1. Siapkan keperluan dasar
Makanan jadi hal paling penting sebagai kebutuhan hidup si kucing. Kamu bisa pakai dryfood yang banyak dijual di petshop. Sebagai awalan, pilih makanan yang sesuai dengan perkiraan usia atau saran dari pemilik sebelumnya, serta kondisi kantong 😽.
Selain makanan, perhatikan juga minuman buat si anabul. Terutama jika si kucing masih kecil dan tidak ada induk. Kamu perlu menyediakan susu khusus kucing. Hindari memberikan susu untuk manusia, ya!
Nah, keperluan mendasar lain yang mendesak adalah seperangkat alat buang hajat bagi si anabul, termasuk di dalamnya litter box, pasir, serok. Apalagi kalau nantinya kucing full indoor.
2. Luangkan Waktu untuk PDKT
Sama seperti halnya menghadapi gebetan, ke anabul pun perlu pendekatan, apalagi rescue. Kenali dulu kucing yang hendak kamu tembak termasuk stray cat atau feral cat.
Beri makanan dan coba elus perlahan bagian tengkuk si meng. Hati-hati, antisipasi gerak refleks mencakar dari si kucing. Lakukan kontak terus menerus sampai doi merasa akrab denganmu.
Ajak si kucing main-main setiap hari. Ini berguna loh buat bonding antara babu dan majikan.
3. Research
Fyi, dunia perkucingan ini amatlah ajaib. Perlu banyak ilmu agar bisa mengerti anabul luar dalam hingga membuat majikan sejahtera. Maka dari itu, penting banget buat do own research lalu divalidasi dengan bertanya pada ahlinya.
Hindari banget coba-coba based on Google, terutama untuk hal-hal menyangkut kesehatan si anabul. Ikut komunitas pecinta hewan bakal bantu kamu dapat informasi lebih banyak.
4. Check-up kondisi Anabul
Yap, yap. Bawa pet ke dokter hewan itu fardhu ‘ain alias wajib!
Waktu pertama kali rescue Smuti aku skip bagian ini, kukira doi baik-baik saja, ternyata enggak, dong! Akhirnya ketahuan waktu dibawa ke vet dia punya diare yang cukup mengkhawatirkan.
Nah, setelah commit memelihara, ada baiknya membawa peliharaan tersayang ke layanan kesehatan untuk check-up. Penting banget, karena mungkin saja terdapat penyakit yang membahayakan si kucing atau bisa menular ke manusia.
5. Steril or not Steril
Mungkin bagi sebagian orang, perkara steril peliharaan masih menjadi perdebatan sengit. Well, enggak heran, sih. (Apasih steril kucing?)
Namun, menurutku ini menjadi concern utama ketika hendak mulai memelihara kucing. Karena berkaitan dengan sanggup tidaknya memelihara kalau saja nanti anak berbulu hamil —atau menghamili kucing lain.
Ya, kalau kuat merawat sendiri anak-anaknya, alhamdulillah. Kalau enggak, mungkin bisa juga open adoption dengan 1001 persyaratan bagi adopter agar kehidupan anabul tetap terjamin –tapi susah enggak, sih, nyarinya?
![]() |
Beauty Smoothy |
Based on Smuti, di minggu awal perkenalan, kucing stray mungkin masih ogah disentuh, ogah main, dan ogah-ogahanlah pokoknya sama si Babu kaya ‘yee, siapa sih, lu?’ gitu. Sabar, ya! Setelah lewat hitungan bulan, doi bakal melunak –apalagi kalau terus dimanja, hehe.
Kalau ingin si anabul betah di rumah, coba beberapa hari awal tahan untuk enggak keluar-keluar. Ribut? Beuh jangan ditanya ngeong-ngeong mulu pasti, terlebih kucing stray sudah terbiasa berkelana ke sana-sini. Yang penting, tetap luangkan waktu untuk main. Kucing enggak suka dikurung dalam keheningan.
Di ceritaku, entah sudah terbiasa atau memang enak jadi anak rumahan –atau doi capek diomeli babunya? Smuti sekarang sudah jauh lebih jarang menghilang tiba-tiba. Anteng aja sambil mantengin anaknya main-main. Ah, jadi senang mbak babu enggak takut Smuti disikat pejantan garang. Heuheuh.
Yak, begitulah celoteh babu magang jalan dua bulan. Semoga manfaat, ya!
Buat yang belum bisa rescue, kamu tetap bisa tunjukkan kasih sayang ke kucing, kok. Caranya? Mulai dengan sesederhana tidak melukai kucing jalanan, either secara fisik atau mentalnya. Bisa juga dengan membawa pakan kucing untuk street feeding, memberikan donasi bagi anabul yang membutuhkan, atau ikut organisasi non-profit yang bantu melindungi dan menyejahterakan hewan-hewan tanpa pawrents.
Siapa tahu, kan, kebaikan pada hewan-hewan lusyu ini mendatangkan rezeki lain buat kamu. Salam dari babu magang~